Harga emas kembali melemah pada Kamis (23/10), mendekati level terendah dalam dua minggu terakhir setelah mencatat penurunan harian terbesar dalam lima tahun pada sesi sebelumnya. Aksi ambil untung investor menjadi pemicu utama koreksi ini, seiring pasar bersiap menanti rilis data inflasi utama Amerika Serikat yang akan menjadi penentu arah kebijakan moneter Federal Reserve selanjutnya.
Harga emas spot tercatat turun 1,7% menjadi $4.054 per ons pada pukul 13.42 waktu New York, setelah sempat menguat hingga $4.161 per ons di awal sesi. Pergerakan ini menunjukkan sikap hati-hati pelaku pasar setelah reli panjang yang membawa emas menembus rekor baru bulan lalu, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga dan meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global.
Aksi Ambil Untung Jelang Data Inflasi
Menurut analis pasar, penurunan harga emas kali ini wajar terjadi setelah lonjakan harga signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Investor yang telah menikmati keuntungan dari reli panjang cenderung menutup posisi menjelang publikasi data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat.
Data inflasi tersebut diperkirakan menjadi indikator penting untuk menentukan seberapa cepat Federal Reserve (The Fed) dapat mulai memangkas suku bunga acuan. Jika inflasi masih menunjukkan tren yang kuat, maka peluang pemangkasan suku bunga akan semakin kecil — dan hal ini biasanya memberikan tekanan terhadap harga emas, karena imbal hasil obligasi menjadi lebih menarik dibandingkan aset non-yield seperti emas.
“Pasar sedang berada di fase ‘wait and see’. Banyak investor yang mengunci keuntungan lebih dulu karena khawatir angka inflasi bisa membuat The Fed kembali bersikap hawkish,” kata analis komoditas senior di TD Securities, Bart Melek.
Tekanan dari Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi
Selain aksi ambil untung, pelemahan emas juga dipengaruhi oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury yields). Dolar yang lebih kuat membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sementara imbal hasil obligasi yang meningkat menekan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
Indeks dolar tercatat naik 0,3% terhadap enam mata uang utama, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun AS melonjak mendekati 4,9%, mendekati level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Namun, para analis menilai bahwa pelemahan emas bersifat sementara. Dalam jangka menengah, prospek logam mulia ini masih positif, terutama jika data inflasi menunjukkan tanda-tanda pelemahan dan bank sentral mulai mengisyaratkan pelonggaran kebijakan moneter.
Faktor Geopolitik dan Ketidakpastian Ekonomi
Faktor geopolitik juga tetap menjadi elemen pendukung harga emas. Ketegangan di Timur Tengah, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan ketidakpastian politik di Eropa terus memicu minat investor terhadap aset safe haven.
“Selama volatilitas pasar saham masih tinggi dan ketegangan geopolitik belum mereda, emas akan tetap memiliki daya tarik jangka panjang,” ujar analis komoditas dari OANDA, Edward Moya.
Ia menambahkan bahwa meskipun emas sempat terkoreksi, tren jangka panjang masih menunjukkan kecenderungan naik, apalagi jika inflasi global kembali melandai dan bank sentral mulai menurunkan suku bunga di tahun depan.
Peluang Investasi Emas dan Aset Digital di Indonesia
Penurunan harga emas global seperti saat ini sering kali menjadi momen menarik bagi investor untuk melakukan akumulasi. Bagi investor di Indonesia, peluang berinvestasi di emas kini semakin mudah melalui platform digital terpercaya, seperti Nanovest.
Nanovest merupakan aplikasi investasi modern yang menyediakan akses ke berbagai instrumen keuangan global, mulai dari Saham Amerika Serikat, Aset Kripto, hingga Emas Digital. Melalui satu aplikasi, pengguna dapat melakukan diversifikasi portofolio dengan mudah dan aman, tanpa perlu khawatir terhadap kerumitan teknis atau risiko keamanan.
Bagi kamu yang tertarik untuk mulai berinvestasi di Aset Kripto, Nanovest juga dapat menjadi pilihan ideal untuk mengeksplorasi berbagai koin kripto potensial. Aplikasi ini telah menjadi salah satu platform investasi terpercaya di Indonesia berkat sistem keamanannya yang tinggi.
Keamanan pengguna menjadi prioritas utama Nanovest. Semua aset digital yang disimpan di aplikasi ini terlindungi dari risiko cybercrime melalui Asuransi Sinarmas, memberikan rasa aman ekstra bagi investor pemula maupun berpengalaman. Selain itu, Nanovest juga telah terdaftar dan berlisensi resmi sebagai Pedagang Aset Keuangan Digital dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), memastikan setiap transaksi berjalan sesuai regulasi dan standar keamanan nasional.
Aplikasi Nanovest sudah tersedia di Play Store dan App Store, sehingga siapa pun dapat mulai berinvestasi kapan pun dan di mana pun, baik untuk membangun portofolio jangka panjang maupun mengambil peluang dari pergerakan pasar harian seperti penurunan harga emas saat ini.
Kesimpulan: Waspada Tapi Tetap Optimis
Koreksi harga emas ke level $4.054 per ons menjadi pengingat bahwa pasar selalu bergerak dinamis, dipengaruhi oleh kombinasi faktor ekonomi, kebijakan moneter, dan sentimen global. Aksi ambil untung yang terjadi menjelang rilis data inflasi AS menunjukkan bahwa investor memilih bersikap hati-hati di tengah ketidakpastian arah kebijakan The Fed.
Namun, dalam jangka panjang, emas tetap menjadi aset yang menarik untuk diversifikasi portofolio — terutama di tengah fluktuasi suku bunga dan ketidakpastian ekonomi global.
Bagi investor Indonesia, momentum seperti ini bisa dimanfaatkan untuk menambah eksposur terhadap emas dan aset digital melalui platform investasi yang aman dan terpercaya seperti Nanovest. Dengan fitur lengkap, keamanan tinggi, dan lisensi resmi dari OJK, Nanovest menghadirkan kemudahan untuk berinvestasi di era digital dengan satu aplikasi yang fleksibel dan modern.
Artikel ini juga tayang di VRITIMES
