DEPOK | Starindonews – Proyek pembangunan di wilayah Curug seharusnya membawa manfaat, bukan penderitaan. Namun, pemandangan yang terjadi di Jalan Raya Curug justru sebaliknya. Setiap hari, truk-truk pengangkut tanah hilir-mudik tanpa kendali, meninggalkan jejak tanah, debu, dan kemarahan warga.
Ketua P3C Curug, Jarot, menyuarakan keresahan masyarakat yang semakin memuncak. Ia menyebut kondisi jalan yang kotor dan berdebu telah menimbulkan berbagai risiko serius, mulai dari keselamatan hingga kesehatan.
“Jalan ini sudah seperti jalur tambang, bukan jalan warga. Licin, berdebu, dan membahayakan. Banyak pengendara motor hampir jatuh karena tanah dan kerikil bertebaran. Pemerintah tahu, tapi diam saja,” kata Jarot dengan nada kecewa.
Ia menambahkan, dampak sosialnya pun terasa. Banyak warga harus menutup jendela rumah sepanjang hari karena udara yang penuh debu, sementara anak-anak terpaksa membatasi bermain di luar.
“Debu tebal bikin sesak, apalagi bagi warga yang punya asma. Ini bukan cuma soal kenyamanan, tapi soal hak warga untuk hidup sehat,” ujarnya tegas.
Janji Manis, Aksi Tipis
Ketua LPM Curug, Herman, mengaku pihak kelurahan sudah menegur pengembang agar menjaga kebersihan lingkungan proyek. Namun, pelaksanaan di lapangan masih jauh dari harapan.
“Kita sudah ingatkan dan mereka janji akan jaga kebersihan. Tapi faktanya, setiap hari warga tetap mengeluh. Debu makin parah, jalan makin rusak. Semua laporan kami sampaikan, tapi belum ada tindakan nyata,” tutur Herman.
Ia menegaskan, pemerintah dan pengembang seharusnya tidak hanya bersembunyi di balik alasan “pembangunan”. Setiap aktivitas yang berdampak pada lingkungan wajib disertai tanggung jawab sosial dan pengawasan yang ketat.
Solusi Sudah Jelas, Kemauan yang Hilang
Warga dan tokoh masyarakat sepakat bahwa solusi sebenarnya tidak rumit — asal ada kemauan. Di antaranya:
Truk wajib menutup bak tanahnya secara rapat.
Pemerintah harus melakukan penyiraman jalan secara rutin.
Roda truk dibersihkan sebelum keluar area proyek.
Sanksi tegas bagi truk bandel yang melanggar.
Namun, semua itu hanya akan jadi wacana kalau aparat tak turun langsung.
“Kita sudah muak dengan rapat dan janji. Sekarang yang dibutuhkan tindakan. Kalau pemerintah tidak tegas, jangan salahkan warga kalau nanti turun ke jalan protes,” ujar Jarot menegaskan.
Kini warga Curug menunggu langkah nyata dari pemerintah dan pengembang. Mereka tidak menolak pembangunan, tetapi menolak ketidakpedulian. Karena bagi mereka, pembangunan sejati bukan hanya soal gedung berdiri megah, melainkan lingkungan yang bersih dan warga yang tenang. (YB)






